Tuesday, September 15, 2009

Sepuluh Hari Terakhir

Tak terasa, bulan Ramadhan tahun ini segera berlalu. Hari ini sudah sampai pada hari ke 26. Seperti biasanya, pada sepuluh hari terakhir sebagian orang memanfaatkan malam-malamnya (terutama malam-malam ganjil) untuk I’tikaf dan beribadah di masjid, demi mengejar “malam seribu bulan”, tak terkecuali aku.

Beruntung tempat tinggal kami di Makassar tidak jauh dari masjid Nurul Iman Kantor Telkom Makassar, di ujung selatan Jl AP. Pettarani. Sehingga tanpa merasa berat aku bisa ke masjid tersebut di tengah malam. Bagusnya di masjid ini kehidupan beribadah sangat subur, di malam-malam ganjil selalu ada kegiatan sholat malam berjamaah, bahkan sampai 3 shaf (kurang lebih 100 orang - pria & wanita) dan diteruskan ceramah seputar pelaksanaan ibadah. Kegiatan ini berlangsung sampai dengan saat makan sahur pukul 03:00 WITA. Sungguh indahnya malam bulan Ramadhan.

Namun keindahan bulan Ramadhan ini, bagi kami yang sedang berdiam di masjid, sering terganggu oleh bisingnya suara sebagian orang yang melakukan “ibadah” yang lain, mereka menyebutnya “sahur on the road”. Sahur on the road (mungkin juga ada di kota lain) adalah serombongan orang bersepeda motor, bahkan kadang sampai puluhan, keliling kota layaknya kampanye partai politik menjelang pemilu jaman orde baru, lengkap dengan suara gas yang digeber habis-habisan. Konon kata orang tujuan mereka adalah membagikan makan sahur untuk orang-orang di pinggir jalan. Mungkin ini sudah tradisi di Makassar, setidaknya selama 3 kali bertemu bulan Ramadhan di sini, selalu kutemui kegiatan seperti ini.

Malam 23 kemaren, yang kebetulan pas malam minggu, banyak banget rombongan sahur on the road yang lewat jalan AP Pettarani ini, sampai-sampai aku harus menunggu 5 menit untuk nyeberang (kebetulan rumah kami dan masjid dipisahkan jalan ini). Selama dalam penantian ini, ada 2 rombongan yang lewat, satu dari sebuah sekolah tinggi “abal-abal” - anak muda semua, maklum mahasiswa dan satu lagi rombongan yang motornya semerk dan sejenis, mungkin dari club motor merk itu, yang ini malah kebanyakan orang-orang berumur 40-an ..... hah?

Yang aku tak habis pikir, kenapa tujuan sebaik itu di sampaikan dengan cara yang terkesan hura-hura dan mengganggu orang lain yang mungkin butuh ketenangan di malam itu.

Dan aku jadi berangan-angan, seandainya tugas membagikan makanan itu cukup diwakili 2 atau 3 orang saja, bisa dibayangkan berapa banyak biaya bahan bakar yang bisa dihemat dan kalau hasil penghematan itu diwujudkan dalam bentuk makanan, tentu lebih banyak orang yang kebagian makan sahur.... atau seandainya tugas itu cukup diwaklili 2 atau 3 motor saja dan yang lain dijual, mungkin dananya tidak hanya cukup untuk memberi makan kaum dhuafa tapi cukup juga untuk biaya sekolah anak-anak dhuafa itu.... (he he he, ini hanya mimpi sambil nunggu beduk buka)

No comments: