Thursday, April 26, 2007

Kaset Asyik

Beberapa hari lalu di milis m-claro beberapa anggota memposting tentang indahnya suara kaset. Ya, aku sendiri sangat-sangat setuju dengan pendapat mereka. Suara dari kaset (analog) sesungguhnya lebih bagus, lebih indah dan nuansatik dari pada suara-suara digital saat ini.

Aku mengenal musik claro & art rock ketika masih jaman kaset di awal 80-an, saat masih SMP. Aku ingat kaset pertamaku adalah The Best Hard Rock produksi Billboard/Kings Record, tahun beli 1983 seharga Rp. 1.500,- di toko Duta Irama di kota Malang, lokasinya antara pertigaan jalan Oro-oro Dowo dan perempatan toko Rajabali-Kimia Farma (entah saat ini tempat-tempat/lokasi-lokasi itu masih ada atau sudah berubah nama dan bentuk, sudah lama aku gak menginjakan kaki di kota dingin itu). Kaset pertama ini sampai kini masih aku simpan, cuma gak pernah diputer lagi.

Periode antara 1988 (saat mulai era kaset lisensi) sampai 1997 merupakan saat paling banyak aku ngumpulin kaset, karena saat itu aku masih senang mencoba berbagai musik rock. Jadi selain ngumpulin album-album band claro & art rock yang sudah aku kenal, aku juga beli album-album band-band rock baru, macam nirvana, pearl jam…. dan di masa itu aku juga rajin ngubek-ubek pasar Jati Negara & Jalan Surabaya untuk ngumpulin kaset-kaset lama (era bajakan) yang belum sempat kebeli pada masanya.

Setelah tahun 1997 itu aku rasakan musik rock yang baru makin gak karu-karuan dan mboseni, makanya aku berhenti/sangat jarang beli kaset. Selain itu, yang aku amati, produksi kaset setelah 1997 itu gak sebanyak masa sebelumnya dan untuk album baru cenderung jauh terlambat dari release date resminya. Pelan-pelan aku sortir kaset-kasetku, banyak yang masuk kotak “for sale”. Sampai saat ini aku sudah melego 741 kaset, baik melalui milis, di Jatinegara atau di Jalan Surabaya. Yang tersisa sejumlah 377 judul kaset, 105 kaset diantaranya adalah koleksi lama, produksi jaman bajakan, sebagian besar labelnya Yess & Team Record.

Kadang-kadang merasa nyesal juga sudah terlanjur melepas begitu banyak koleksi kasetku, sebagian besar kaset itu sebenarnya aku suka, tetapi karena sudah punya CD-nya maka saat itu aku putuskan untuk dilepas. Kecuali untuk beberapa kaset yang aku sangat-sangat sayangi, meskipun sudah punya CD-nya kasetnya akan tetap aku simpan.

Sejak 6 bulan lalu aku mulai kembali ngumpulin kaset-kaset claro & art rock original, antara lain album-albumnya Yes dan ELP era awal. Berburunya di ebay.com. Sampai saat ini yang udah dapet antara lain: album studio Yes dari album pertama sampai Union, Led Zeppelin - The Song Remains the Same (2 kaset), Jethro Tull - 20 Years of Jethro Tull (boxset isi 3 kaset), ELP - Welcome Back…(2 kaset) & Love Beach. Setahuku sebagian besar kaset-kaset itu belum pernah diproduksi dan diedarkan di Indonesia. Bener-bener KLASIK ... Kaset Langka dan Asyik...

Untuk tahu daftar koleksiku, silahkan klik "koleksi musik" di sebelah ini.

Thursday, April 12, 2007

Pindah ke Makassar

Tanggal 11 April kemaren, secara resmi kami sekeluarga pindah ke Makassar, mening- galkan kota kami tercinta: Bekasi, entah untuk berapa lama. Sesungguhnya aku sendiri sudah sejak awal Maret lalu mutasi ke Makassar ini, hanya saja sebulan pertama masih bulok (bujangan lokal).

Pada malam terakhir kami di Bekasi, beberapa teman, sahabat dan kerabat kami berkunjung, “farewell party”, seperti nampak di gambar, kami beserta para sahabat/tetangga dan juga dengan “my guru” dalam blogging - Pak Herry.

Banyak kenangan selama tinggal di Bekasi yang untuk sementara harus kami tinggalkan: kenangan saat banjir, kenyamanan tinggal di Taman Kartini dll. Yang sangat berat bagi aku adalah meninggalkan sebagian besar koleksiku di sana, maklum tidak banyak barang yang bisa kami bawa.

Makassar, kota ini… not bad lah. Banyak hal di sini yang rasanya lebih enak dari pada di Jabotabek. Diantaranya: jalanan jarang ada macetnya, makanan terutama ikan dan durian jauh lebih murah. Sementara toko-toko seperti yang ada di Jakarta, misalnya Carrefour, Electronic Solution, Hypermart, bahkan J.co sudah ada di sini. Pendek kata, kalau kita berada di dalam mall di sini akan serasa berada di Jakarta dan gak akan sadar kalau ini di Makassar.

Sisi gak enaknya di sini adalah bahasa/dialek orang setempat yang seringkali bikin aku bingung. Dan yang kedua adalah angkutan kota (disini disebut pete-pete), angkot disini selalu dilengkapi speaker yang gede-gede tapi gak bagus suaranya jadi hanya berisiknya saja yang terasa. Musik yang sering disetel adalah musik-musik idola ABG jaman kini, entah itu samson, ungu, dewa, peterpan atau yang lain, yang terus terang gak cocok sama kuping jadulku ini. Selain itu angkot di sini sering banget ngetem dan sistemnya “job order” alias sering melenceng dari jalur resmi kalo ada penumpang yang minta diantar sampai masuk gang.