Wednesday, July 18, 2012

The Drummer

“saya Herman, sampeyan dari mana?” itu sapaan yang menyambutku ketika di suatu pagi menjelang subuh aku memasuki Masjid Agung Magelang, sapaan dari seseorang bertubuh kecil, kurus, berambut putih dengan senyum yang ramah dan lebar hingga nampak beberapa giginya sudah hilang. Ya, dia adalah Herman sang penabuh bedug masjid ini yang selalu setia menunggu di depan pintu masjid sebelum adzan dikumandangkan, dan setelah selesai menabuh bedug dia tetap setia menunggu di samping bedug sampai iqomah dikumandangkan. Kebiasaan di masjid ini, bedug ditabuh lagi pada saat iqomah.

Di mataku Herman orang yang ramah, lugu dan suka bergaul, sekali waktu jika kami warga pusdiklat duduk-duduk di teras masjid setelah shalat, dia suka bergabung dan sedikit ngobrol, walaupun seringkali tidak jelas apa yang dia ucapkan kerena keburu diselingi tawanya yang polos....dan satu lagi tentang Herman, dia agak pelupa... beberapa hari setelah perkenalan itu, beberapa kali dia menyambutku dengan sapaan dan pertanyaan yang sama, “saya Herman, sampeyan dari mana?”..kalo aku jawab “kok sudah lupa lagi..” dia biasanya menjawab sambil tertawa “...oh iya, sampeyan orang keuangan ya..”.

Seminggu sudah aku tinggalkan Magelang, di saat-saat waktu shalat tiba, terutama saat subuh, maghrib dan isya, seringkali aku ingat suasana masjid Agung Magelang, lengkap dengan bayangan senyum Herman di depan pintu, good luck Herman... sepotong syair dari Jon Bon Jovi ini mungkin pas untukmu .....

Bang a drum for tomorrow
Bang a drum for the past
Bang a drum for the heroes that won't come back
Bang a drum for the promise
Bang a drum for the lies
Bang a drum for the lovers and the tears they've cried
Bang a drum, bang it loudly
Or as soft as you need
But as long as my heart keeps on bangin'
I got a reason to believe...

2 comments:

Unknown said...

belum ada gambar Pak Herman... :)

indah said...

hmmm...kapan ya bisa ke Magelang... biar ndak penasaran dg P Herman :)